Rabu, 20 Maret 2013

riset... menurut mereka

Riset... Menurut Mereka

              sekarang ini telah menjadi kampus yang mewah dan memiliki sarana dan prasarana pendukung yang bisa dikatakan Di usianya yang ke 15 tahun, STAIN Pekalongan kini telah menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang diminati masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. STAIN Pekalongan telah berubah menjadi Kampus Mewah dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu, dengan jumlah mahasiswa kurang lebih 900 mahasiswa bahkan sampai 1000 mahasiswa yang mendaftar tiap tahunnya. Selain itu STAIN tiap tahunnya  membenahi dan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan seluruh civitas akademika, hal itu bisa dilihat dari penambahaan beberapa fasilitas seperti penambahan dan pembenahan gedung baik ruang kuliah maupun maupun ruang Rektorat, Dosen dan karyawan. Selain itu penambahan perangkat pendukung perkuliahan juga ditambahi sepeti LCD, Proyektor. Itu semua diharapkan bisa membawa kemajuan STAIN Pekalongan. Disbanding dengan mahsiswa dulu seharusnnya kualitas mahsiswa sekarang lebih unggul dibandingkan dengan mahasiswa dulu, karena sekarang fasilitas perkuliahan lebih lengkap dan nyaman disbanding tempo dulu.  Akan tetapi apakah itu semua sudah sesuai dengan apa yang diharapkan? Itulah yang menjadi pertanyaan kita semua.
Di tengah pembangunan yang pesat ini apakah sudah diimbangi dengan pengembangan akademik atau pendidikan yang diperoleh mahasiswa, sehingga STAIN Pekalongan bisa menghasilkan Mahsiswa-mahasiswa yang berkualitas. Dengan pembangunan gedung dan sarana-prasarana lain yang sangat pesat ini seharusnya STAIN bisa menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Terkait hal ini kami mencoba mencari beberapa pendapat melalui kuisioner yang kami sebar kepada dosen secara random. Dengan menanyakan,
Ditengah pembangunan yang sangat pesat ini, sudahkah kualitas mahasiswa uang dihasilkan sebanding lurus dengan kemegahan pembangunan  di STAIN Pekalongan?.
dari data yang kami  peroleh, dari  25 kuisioner yang dijawab Dosen menunjukan 80 % dosen berpendapat Belum dan 8 % menjawab sudah, sementara itu 12% lainnya tidak tahu dan tidak dapat berkomentar. Dari data yang dihasilkan diatas jelas masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh STAIN Pekalongan selain menambah pembanguinan gedung STAIN Juga harus bisa mingkatkatkan kualitas mahsiswanya.
Sungguh ironis jika STAIN yang lengkap. Akan tetapi tidak mampu memperbaiki dan meningkatkan mutu mahasiswanya. 

METAMORFOSA STAIN PEKALONGAN

Ibarat kupu–kupu terbang dengan kedua sayapnya yang indah. Ia butuh perjuangan hidup untuk berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Ia pun harus melalui beberapa fase terlebih dahulu, awal dari kupu-kupu adalah telur yang menetas menjadi seekor ulat kemudian ulat bermetamorfosa menjadi kepompong dan kemudian akan berubah menjadi kupu–kupu yang indah dan bisa terbang bebas di udara, sekaligus akan lebih dilihat orang dari pada ketika masih menjadi ulat yang menjijikan. Itulah sedikit gambaran proses metamorfosa kupu-kupu.
Tidak jauh beda dengan kondisi Perguruan Tinggi Islam yang ada di kota Pekalongan, dalam hal ini adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Pekalongan. STAIN Pekalongan butuh perjuangan yang tidak mudah sehingga bisa berdiri kokoh sampai sekarang, dan menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang dicari masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Ibarat cerita kupu-kupu diatas STAIN Pekalongan juga mengalami yang namanya metamorfosa. Maka dari itu untuk penerbitan Majalah AL-MIZAN edisi XVIII kami mengangkat tema “Metamorfosa Perguruan Tinggi” yang dimana kami akan sedikit mengulas bagaimana awal mula berdirinya STAIN Pekalongan sampai Sekarang dan kedepan. Mungkin teman-teman Mahasiswa sudah banyak yang tahu sejarah berdirinnya STAIN Pekalongan, akan tetapi tidak ada salahnya kami mengupas sejarah ini, sekaligus menjelaskan bagaimana kondisi STAIN tempo dulu di banding sekarang ini.
STAIN Pekalongan waktu masih menjadi telur
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan merupakan lembaga pendidikan tinggi yang berasal dari pengembangan Fakultas Syariah IAIN Walisongo di Pekalongan. Fakultas Syariah Pekalongan sendiri semula berasal dari Fakultas Syariah di Bumiayu (1968),  yang kemudian dinegerikan pada tahun 1970 dan menjadi salah satu fakultas cabang dari IAIN Walisongo Semarang. Jadi STAIN Pekalongan dahulu adalah telur dari IAIN Walisongo Semarang.  Kepindahan dari Bumiayu ke Pekalongan dilakukan dalam rangka “rasionalisasi fakultas-fakultas cabang” dengan pertimbangan agar lebih prospektif bagi pengembangan dan kemajuan sebuah fakultas. Tepatnya pada tanggal 31 Desember 1972 atas dukungan dan kerjasama beberapa pihak maka diresmikan upacara perpindahan di Pekalongan tepatnya di Gedung PPIP Jl. Dr Wahidin, dimana acara peresmian perpindahan tersebut dihadiri Rektor IAIN Walisongo, Pembantu Gubernur (Rsiden) Pekalongan, jajaran Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Agama Kotamadia Pekalongan, serta tokoh-tokoh masyarakat Pekalongan.
Dan sejak itulah kegiatan perkuliahan di pekalongan sudah dapat dimulai tepatnya mulai sejak bulan Maret 1973 bertempat di sebelah selatan gedung PPIP atau yang sekarang adalah SMA Hasyim Asyari dengan jam perkuliahan sore sampai malam hari. adapun mahasiswa yang memulai perkulihahan adalah mahasiswa tingkat I (propaedeause) yang mendaftar di Pekalongan dan mahasiswa tingkat II (kandidat) serta mahasiswa Tingkat III (Baccaloreat) yang mengikuti perpindahan dari Bumiayu.
Kemudian dalam perkembanganya fakultas ini mengalami perubahan status menjadi fakultas madya yang di beri wewenang menyelenggarakan program sampai dengan tingkat V(sarjana lengkap – S-1 sekarang). Mulai tahun 1983/1984 berdasarkan SK Menteri Agama No.65 tahun 1982, sehingga kedudukanya makin kuat dan statusnya berubah tidak lagi menjadi fakultas cabang, tetapi menjadi bagian dari salah satu fakultas yang kedudukanya sama dengan fakultas lain yang berada di lingkungan IAIN Walisongo (Fakultas Syariah IAIN Walisongo di Pekalongan).
Sejak itulah fakultas syariah mulai ada perkembangan dengan ditandai makin meningkatnya jumlah mahasiswa dan mulai mendapat perhatian bagi pembaruan kampusnya . Sehingga pada tahun 1984 penyelenggaraan kegiatan mulai menggunakan kampus sendiri di Jl. Kusuma Bangsa No. 9 Pekalongan atau yang sekarang kita lihat bengunan megah bernama STAIN Pekalongan. Sebelum berdiri kampus STAIN di situ dahulu tanah yang di jadikan kampus STAIN adalah tanah milik yayasan krematorium gotong royong. kemudian mulai tahun 1984 sampai tahun 1988, telah dibangun gedung ruang kuliah 6 lokal (luas 480 m2),Gedung Kantor (150 m2) dan gedung administrasi/perpustakaan (240m2) serta gedung serba guna hasil swadaya dan bantuan pemerintah daerah (150 m2) yang sekarang adalah gedung E dan gedung A. Sejalan dengan itu jumlah mahasiswa juga mengalami kenaikan yang rata-rata setiap tahun bertambah antara 125-150 mahasiswa, sehingga pada tahun 1992 jumlahnya mencapai 757 mahasiswa.
Akan tetapi perjalanan berdirinya STAIN dipekalongan tidaklah terlalu mulus, Sebenarnya kedudukan fakultas syari’ah di Pekalongan makin kuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 9 tahun 1987,”tentang IAIN”, di mana di dalamnya termasuk disebutkan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo yang berada di Pekalongan. Namun keadaan fakultas yang baru ini mulai mengalami guncangan dengan adanya kebijakan “relokasi ke Surakarta pada tahun 1992”. Yang harus menghentikan penerimaan mahasiswa, karena akan di relokasikan ke Surakata. Kebijakan ini membawa pengaruh signifikan bagi perjalanan lembaga.
STAIN Menetas Menjadi Ulat,
pada tahun 1992 – 1997 dalam buku Perspektif  Dan Harapan Masa Depan STAIN Pekalongan” yang kami pinjam dari ibu Dra. Musfirotu Yusum, M.M. menggambarkan bahwa pada masa inilah yang disebut masa Transisi (Hidup tidak, Mati tak Hendak), karena pada waktu itu ada ide dari  Menteri Agama (Munawir Syadzali) yang ingin mendirikan “IAIN Unggulan” di Surakarta sekitar tahun 1990-an.  Karena ada hambatan, maka prosedur pembentukannya ditempuh melalui cara merelokasi atau memindahkan dua  fakultas di lingkungan IAIN Walisongo yaitu Fakultas Syari’ah Pekalongan dan fakultas Ushuludin Kudus. Dengan relokasi tersbut maka Fakultas Syari,ah pekalongan ; mulai tahun akademik 1992/1993 tidak diperbolehkan menerima mahasiswa baru karena penerimaan di pindah ke Surakarta, dan masih harus mengelola dan melayani kegiatan belajar – mengajar sampai dengan studi mahasiswa yang ada di pekalogan Selesai.
Selanjutnya sejak akhir tahun 1994 dan awal tahun 1995 dengan diangkatnya pimpinan Fakultas Syariah di Surakarta maka di Pekalongan tidak lagi diangkat pimpinan fakultas. Dengan demikian di Pekalongan terdapat kevakuman pimpinan. Mulai saat itu segala urusan administrasi akademik harus Dilakukan  di Surakarta dan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sehari-hari pelaksanaan kegiatan di Pekalongan di angkat oleh rektor IAIN Walisongo pelaksana harian Dekan.
Dengan demikian secara organisatoris keberadaan fakultas syariah Pekalongan sangat lemah (karena secara de jure telah di pindah ke Surakarta sedangkan secara de facto masih  berada di Pekalongan dengan kelengkapan sarana yang minim), yang sangat mempengaruhi kinerja dan pengelolaan organisasi. Sementara itu karena penerimaan mahasiswa (titipan) sangat dibatasi, maka mulai tahun 1992 sampai tahun 1996/1997 mengalami penurunan yang tajam, yang berakibat anggaran yang tersedia sangat kecil. Ditahun itulah STAIN Pekalongan mengalami masa yang sangat pelik sepeti yang di cantumkan diatas “hidup tidak, mati tak hendak”.
Kemudian patut di syukuri pula bahwa  STAIN Pekalongan masih ada satu kekuatan yaitu semangat  bersama untuk mempertahankan diri di kala dalam himpitan, yang merupakan modal yang sangat berharga dan tak bisa dilupakan. Dan juga seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan civitas akademika dan stakeholders Fakultas Syari’ah Pekalongan, nampaknya dalam keadaan terjepit dengan himpitan yang menyesakkan dengan suasana yang serba tidak menentu, datanglah pertolongan Allah yang membuka wacana baru di kalangan pejabat tinggi di lingkungan Departemen Agama untuk menyelamatkan eksistensi fakultas daerah sebagai aset umat dan daerah dalam rangka pelaksanaan UU. No.2 tahun 1989. Bergulirnya wacana tersebut, menjadikan para pejabat Departemen Agama mengambil langkah-langkah untuk melakukan alih fakultas daerah di lingkungan IAIN menjadi STAIN. Dan kemudian Departemen Agama melakukan serangkaian usaha pertemuan dan konsultasi dengan departemen-departemen dan lembaga-lembaga terkait, sementara fakultas daerah harus mempersiapkan data pendukung yang diperlukan antara lain: Proposal Rencana Penataan Kelembagaan Pendirian STAIN, rancangan STATUTA dan Draft Naskah Pengembangan Akademik. Setelah persiapan dianggap cukup  maka pada pidato HAB DEPAG, 3 Januari 1997, Menteri Agama mengumumkan langkah-langkah penataan pengembangan lembaga tinggi agama Islam di lingkungan IAIN. Langkah kebijakan itu kemudian terwujud dan dituangkan dalam Keputusan Presiden No.11 tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997, tentang pendirian STAIN yang jumlahnya 33 buah diseluruh Indonesia, termasuk di dalamnya STAIN Pekalongan.  Adapun peresmian berdirinya STAIN dilakukan serentak bersamaan pada tanggal 30 Juni 1997 bertepatan pada tanggal 25 Shafar 1418 H di Auditorium Departemen Agama Jakarta. Dan pada akhirnya Peresmian berdirinya STAIN dilakukan secara serentak bersama-sama oleh Menteri Agama RI (dr. H. Tarmizi Taher) dalam suatu upacara resmi di Departemen Agama Jakarta pada tanggal 30 Juni 1997 dan sekaligus diadakan pelantikan Pejabat Sementara (Pjs) Ketua STAIN pada tanggal 1 Juli 1997 di Jakarta .
Pejabat Sementara (Pjs) STAIN Pekalongan di pegang oleh bapak  Drs. H. Rozikin, M.Ag. dan beliau jugalah ketua STAIN Pekalongan yang pertama beliau menjabat selama 2 periode dari tahun 1997 – 2006,
STAIN bermetamorfosa dari ulat menjadi kepompong.
Istilah tersebut bisa dijadikan contoh perjalanan STAIN Pekalongan yang dahulu hanyalah cabang dari IAIN Walisongo yang bisa disebut masih menjadi telur, kemudian menetas menjadi ulat dengan perjuangan keras sang ulat pun menjadikan dirinnya menjadi kepompong untuk bermetamorfosa lagi menjadi seekor kupu-kupu yang bisa terbang bebas. Sedikit contoh gambaran STAIN dahulu. Dahulu waktu STAIN Pekalongan baru pindah dari semarang ke Pekalongan  perkuliahannya menggunakan gedung SMA Hasyim Asyari dan akhirnya bisa mendirikan bangunan sendiri di jl. Kusumabangsa yang sekarang disulap menjadi bangunan nan megah STAIN Pekalongan.
Di era Drs. H. Rozikin, M.Ag. awal STAIN Berdiri jumlah bangunan hanya 2 bangunan dengan 6 ruang, yakni bangunan yang sekarang gedung E dan Gedung A, yang hanya berlantai 1 dan digunakan untuk rungan kantor dan perkuliahan, mungkin jika kembali kemasa itu kita bisa melihat suasana yang tentram dan sunyi. Kemudian setalah bisa mandiri dan berkembang mulailah proses pembangunan lagi dengan membangun gedung yang difungsikan sebagai ruang rektorat tepatnya yang sekarang ini adalah perpustakaan, dan dahulu perpustakaan bertempat di ruang kasubag Umum atau yang sebelumnya dijadikan ruang jurusan tarbiyah, berbicara tentang pengembangan gedung tidak bakal habis dibahas dalam majalah ini, selain pembangunan gedung STAIN Juga Telah mempesiapkan dirinya untuk menjadi seekor kupu-kupu atau menyiapkan diri menjadi IAIN.
STAIN Berharap Jadi Kupu-Kupu
Dengan makin banyaknya antusias masyarakat pekalongan dan sekitarnya STAIN Pekalongan mengalami perkembangan yang sangat pesat, dahulu hanya ada dua jurusan Tarbiyah dan Syariah dengan hanya beberapa Prodi saja, akan tetatpi sekarang STAIN Sudah memiliki 3 Jurusunan dan juga beberapa prodi tambahan, hansrat mengankat STAIN Menjadi IAIN telah disiapkan oleh dua masa kepenguruasan yang petama adalah masa ketika kerua STAIN Bapak Drs. Sudaryo El kamali M.A dan kemudian diteruskan oleh ketua STAIN Pekalongan yang sekarang yakni Dr. Ade Dedi Rohayana, M.A, keinginan merubah STAIN Menjadi IAIN ini bisa dilihat dari makin bertambahnya Prodi, seperti yang sekarang prodi Bimbingan Konseling dan juga telah membuka Pasca Sarjana pada tahun ini. Itu sebagai bukti bahwa STAIN siap untuk terbang menjadi IAIN, selain itu kesiapan juga ditunjukan dengan pembangunan yang semakin pesat, banyak gedung baru berdiri kokoh ditengah Kampus yang mungkin Mahsiswa angkatan 1997 akan nyasar dan bingung kalau berjalan sendiri diarea kampus, dan juga pembangunan kampus 2 yang sekarang adalah kampus Jurusan Tarbiyah, itulah bukti kesiapan STAIN. Akan tetapi kita juga harus melihat apakah ditengah pembangunan yang sangat pesat ini sudah didukung dengan kemampuan akademik yang diperoleh mahasiswa, tentunya itu jaga harus disiapkan agar angan-angan menjadi IAIN bukan omong kosong belaka. Karena bisa dilihat kualitas mahsiswa STAIN sekarang ini, sangatlah kurang dalam kemampuan akademik, kita bisa lihat dari kegiatan praktik yang dilakukan STAIN baik KKN, PPL, atau KKL, mahasiswa STAIN telah mengasilakan apa selama KKN berlangsung, sudahkah mahsiswa STAIN melakukan Sesuai dengan harapan yang diinginkan Masyarakat, kita bisa menilainnya sendiri, kemudian PPL sudahkah kemampuan yang di terima bisa diterapkan, ditambah lagi KKL banyak cibiran menyatakan KKL hanya rekreasi ala Mahsiswa. Itu semua juga menjadi PR bersama yang harus dibenahi agar bukan hanya sekedar nama akan tetapi kualitaslah yang terlihat.
Itulah sedikit editorial yang menggambarkan metmorfosa Perguruan tinggi, butuh perjuangan keras utuk melakukan perubahan, butuh waktu yang lama untuk melakukan perubahan, butuh banyak tenaga untuk melakukan perubahan, IAIN adalah harapan, meningkatkan kualiat dan kemampuan akdemis mahsiswa adalah prioriatas.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review