Ibarat
kupu–kupu terbang dengan kedua sayapnya yang indah. Ia butuh perjuangan hidup
untuk berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Ia pun harus melalui beberapa fase
terlebih dahulu, awal dari kupu-kupu adalah telur yang menetas menjadi seekor
ulat kemudian ulat bermetamorfosa menjadi kepompong dan kemudian akan berubah
menjadi kupu–kupu yang indah dan bisa terbang bebas di udara, sekaligus akan
lebih dilihat orang dari pada ketika masih menjadi ulat yang menjijikan. Itulah
sedikit gambaran proses metamorfosa kupu-kupu.
Tidak jauh
beda dengan kondisi Perguruan Tinggi Islam yang ada di kota Pekalongan, dalam
hal ini adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Pekalongan. STAIN
Pekalongan butuh perjuangan yang tidak mudah sehingga bisa berdiri kokoh sampai
sekarang, dan menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang dicari masyarakat Pekalongan
dan sekitarnya. Ibarat cerita kupu-kupu diatas STAIN Pekalongan juga mengalami
yang namanya metamorfosa. Maka dari itu untuk penerbitan Majalah AL-MIZAN edisi
XVIII kami mengangkat tema “Metamorfosa Perguruan Tinggi” yang dimana kami
akan sedikit mengulas bagaimana awal mula berdirinya STAIN Pekalongan sampai
Sekarang dan kedepan. Mungkin teman-teman Mahasiswa sudah banyak yang tahu
sejarah berdirinnya STAIN Pekalongan, akan tetapi tidak ada salahnya kami
mengupas sejarah ini, sekaligus menjelaskan bagaimana kondisi STAIN tempo dulu
di banding sekarang ini.
STAIN Pekalongan waktu masih menjadi telur
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan merupakan lembaga
pendidikan tinggi yang berasal dari pengembangan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo di Pekalongan. Fakultas Syariah Pekalongan sendiri semula berasal
dari Fakultas Syariah di Bumiayu (1968), yang kemudian dinegerikan pada
tahun 1970 dan menjadi salah satu fakultas cabang dari IAIN Walisongo
Semarang. Jadi STAIN Pekalongan dahulu adalah telur dari IAIN Walisongo
Semarang. Kepindahan dari Bumiayu ke
Pekalongan dilakukan dalam rangka “rasionalisasi fakultas-fakultas cabang”
dengan pertimbangan agar lebih prospektif bagi pengembangan dan kemajuan sebuah
fakultas. Tepatnya pada tanggal 31 Desember 1972 atas dukungan dan kerjasama
beberapa pihak maka diresmikan upacara perpindahan di Pekalongan tepatnya di
Gedung PPIP Jl. Dr Wahidin, dimana acara peresmian perpindahan tersebut
dihadiri Rektor IAIN Walisongo, Pembantu Gubernur (Rsiden) Pekalongan, jajaran
Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Agama Kotamadia Pekalongan, serta
tokoh-tokoh masyarakat Pekalongan.
Dan sejak itulah kegiatan perkuliahan di pekalongan sudah dapat dimulai
tepatnya mulai sejak bulan Maret 1973 bertempat di sebelah selatan gedung PPIP
atau yang sekarang adalah SMA Hasyim Asyari dengan jam perkuliahan sore sampai
malam hari. adapun mahasiswa yang memulai perkulihahan adalah mahasiswa tingkat
I (propaedeause) yang mendaftar di Pekalongan dan mahasiswa tingkat II (kandidat)
serta mahasiswa Tingkat III (Baccaloreat) yang mengikuti perpindahan
dari Bumiayu.
Kemudian dalam perkembanganya fakultas ini mengalami perubahan status
menjadi fakultas madya yang di beri wewenang menyelenggarakan program sampai
dengan tingkat V(sarjana lengkap – S-1 sekarang). Mulai tahun 1983/1984
berdasarkan SK Menteri Agama No.65 tahun 1982, sehingga kedudukanya makin kuat
dan statusnya berubah tidak lagi menjadi fakultas cabang, tetapi menjadi bagian
dari salah satu fakultas yang kedudukanya sama dengan fakultas lain yang berada
di lingkungan IAIN Walisongo (Fakultas Syariah IAIN Walisongo di Pekalongan).
Sejak itulah fakultas syariah mulai ada perkembangan dengan ditandai makin
meningkatnya jumlah mahasiswa dan mulai mendapat perhatian bagi pembaruan
kampusnya . Sehingga pada tahun 1984 penyelenggaraan kegiatan mulai menggunakan
kampus sendiri di Jl. Kusuma Bangsa No. 9 Pekalongan atau yang sekarang kita
lihat bengunan megah bernama STAIN Pekalongan. Sebelum berdiri kampus STAIN di
situ dahulu tanah yang di jadikan kampus STAIN adalah tanah milik yayasan krematorium
gotong royong. kemudian mulai tahun 1984 sampai tahun 1988, telah dibangun
gedung ruang kuliah 6 lokal (luas 480 m2),Gedung Kantor (150 m2) dan gedung
administrasi/perpustakaan (240m2) serta gedung serba guna hasil swadaya dan
bantuan pemerintah daerah (150 m2) yang sekarang adalah gedung E dan gedung A.
Sejalan dengan itu jumlah mahasiswa juga mengalami kenaikan yang rata-rata
setiap tahun bertambah antara 125-150 mahasiswa, sehingga pada tahun 1992
jumlahnya mencapai 757 mahasiswa.
Akan tetapi perjalanan berdirinya STAIN dipekalongan tidaklah terlalu
mulus, Sebenarnya kedudukan fakultas syari’ah di Pekalongan makin kuat dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 9 tahun 1987,”tentang IAIN”, di mana di
dalamnya termasuk disebutkan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo yang berada di Pekalongan.
Namun keadaan fakultas yang baru ini mulai mengalami guncangan dengan adanya
kebijakan “relokasi ke Surakarta pada tahun 1992”. Yang harus menghentikan
penerimaan mahasiswa, karena akan di relokasikan ke Surakata. Kebijakan ini
membawa pengaruh signifikan bagi perjalanan lembaga.
STAIN Menetas Menjadi Ulat,
pada tahun 1992 – 1997 dalam buku Perspektif Dan Harapan Masa Depan STAIN Pekalongan” yang
kami pinjam dari ibu Dra. Musfirotu Yusum, M.M. menggambarkan bahwa pada masa
inilah yang disebut masa Transisi (Hidup tidak, Mati tak Hendak), karena pada
waktu itu ada ide dari Menteri Agama
(Munawir Syadzali) yang ingin mendirikan “IAIN Unggulan” di Surakarta sekitar
tahun 1990-an. Karena ada hambatan, maka
prosedur pembentukannya ditempuh melalui cara merelokasi atau memindahkan
dua fakultas di lingkungan IAIN Walisongo yaitu Fakultas Syari’ah
Pekalongan dan fakultas Ushuludin Kudus. Dengan relokasi tersbut maka Fakultas
Syari,ah pekalongan ; mulai tahun akademik 1992/1993 tidak diperbolehkan
menerima mahasiswa baru karena penerimaan di pindah ke Surakarta, dan masih
harus mengelola dan melayani kegiatan belajar – mengajar sampai dengan studi
mahasiswa yang ada di pekalogan Selesai.
Selanjutnya sejak akhir tahun 1994 dan awal tahun 1995 dengan diangkatnya
pimpinan Fakultas Syariah di Surakarta maka di Pekalongan tidak lagi diangkat
pimpinan fakultas. Dengan demikian di Pekalongan terdapat kevakuman pimpinan.
Mulai saat itu segala urusan administrasi akademik harus Dilakukan di Surakarta dan untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sehari-hari pelaksanaan kegiatan di Pekalongan di angkat oleh
rektor IAIN Walisongo pelaksana harian Dekan.
Dengan demikian secara organisatoris keberadaan fakultas syariah Pekalongan
sangat lemah (karena secara de jure telah di pindah ke Surakarta
sedangkan secara de facto masih berada di Pekalongan dengan
kelengkapan sarana yang minim), yang sangat mempengaruhi kinerja dan
pengelolaan organisasi. Sementara itu karena penerimaan mahasiswa (titipan)
sangat dibatasi, maka mulai tahun 1992 sampai tahun 1996/1997 mengalami
penurunan yang tajam, yang berakibat anggaran yang tersedia sangat kecil.
Ditahun itulah STAIN Pekalongan mengalami masa yang sangat pelik sepeti yang di
cantumkan diatas “hidup tidak, mati tak hendak”.
Kemudian patut di syukuri pula bahwa STAIN Pekalongan masih ada satu
kekuatan yaitu semangat bersama untuk mempertahankan diri di kala dalam
himpitan, yang merupakan modal yang sangat berharga dan tak bisa dilupakan. Dan
juga seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan civitas akademika dan stakeholders
Fakultas Syari’ah Pekalongan, nampaknya dalam keadaan terjepit dengan himpitan
yang menyesakkan dengan suasana yang serba tidak menentu, datanglah pertolongan
Allah yang membuka wacana baru di kalangan pejabat tinggi di lingkungan
Departemen Agama untuk menyelamatkan eksistensi fakultas daerah sebagai aset
umat dan daerah dalam rangka pelaksanaan UU. No.2 tahun 1989. Bergulirnya
wacana tersebut, menjadikan para pejabat Departemen Agama mengambil
langkah-langkah untuk melakukan alih fakultas daerah di lingkungan IAIN menjadi
STAIN. Dan kemudian Departemen Agama melakukan serangkaian usaha pertemuan dan
konsultasi dengan departemen-departemen dan lembaga-lembaga terkait, sementara
fakultas daerah harus mempersiapkan data pendukung yang diperlukan antara lain:
Proposal Rencana Penataan Kelembagaan Pendirian STAIN, rancangan STATUTA dan
Draft Naskah Pengembangan Akademik. Setelah persiapan dianggap cukup maka
pada pidato HAB DEPAG, 3 Januari 1997, Menteri Agama mengumumkan
langkah-langkah penataan pengembangan lembaga tinggi agama Islam di lingkungan
IAIN. Langkah kebijakan itu kemudian terwujud dan dituangkan dalam Keputusan
Presiden No.11 tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997, tentang pendirian STAIN yang
jumlahnya 33 buah diseluruh Indonesia, termasuk di dalamnya STAIN
Pekalongan. Adapun peresmian berdirinya STAIN dilakukan serentak
bersamaan pada tanggal 30 Juni 1997 bertepatan pada tanggal 25 Shafar 1418 H di
Auditorium Departemen Agama Jakarta. Dan pada akhirnya Peresmian berdirinya
STAIN dilakukan secara serentak bersama-sama oleh Menteri Agama RI (dr. H.
Tarmizi Taher) dalam suatu upacara resmi di Departemen Agama Jakarta pada
tanggal 30 Juni 1997 dan sekaligus diadakan pelantikan Pejabat Sementara (Pjs)
Ketua STAIN pada tanggal 1 Juli 1997 di Jakarta .
Pejabat Sementara (Pjs) STAIN Pekalongan di pegang oleh bapak Drs. H. Rozikin, M.Ag. dan beliau jugalah
ketua STAIN Pekalongan yang pertama beliau menjabat selama 2 periode dari tahun
1997 – 2006,
STAIN bermetamorfosa dari ulat menjadi kepompong.
Istilah tersebut bisa dijadikan contoh perjalanan STAIN Pekalongan yang
dahulu hanyalah cabang dari IAIN Walisongo yang bisa disebut masih menjadi
telur, kemudian menetas menjadi ulat dengan perjuangan keras sang ulat pun
menjadikan dirinnya menjadi kepompong untuk bermetamorfosa lagi menjadi seekor
kupu-kupu yang bisa terbang bebas. Sedikit contoh gambaran STAIN dahulu. Dahulu
waktu STAIN Pekalongan baru pindah dari semarang ke Pekalongan perkuliahannya menggunakan gedung SMA Hasyim
Asyari dan akhirnya bisa mendirikan bangunan sendiri di jl. Kusumabangsa yang
sekarang disulap menjadi bangunan nan megah STAIN Pekalongan.
Di era Drs. H. Rozikin, M.Ag. awal STAIN Berdiri jumlah bangunan hanya 2
bangunan dengan 6 ruang, yakni bangunan yang sekarang gedung E dan Gedung A,
yang hanya berlantai 1 dan digunakan untuk rungan kantor dan perkuliahan,
mungkin jika kembali kemasa itu kita bisa melihat suasana yang tentram dan
sunyi. Kemudian setalah bisa mandiri dan berkembang mulailah proses pembangunan
lagi dengan membangun gedung yang difungsikan sebagai ruang rektorat tepatnya
yang sekarang ini adalah perpustakaan, dan dahulu perpustakaan bertempat di
ruang kasubag Umum atau yang sebelumnya dijadikan ruang jurusan tarbiyah,
berbicara tentang pengembangan gedung tidak bakal habis dibahas dalam majalah
ini, selain pembangunan gedung STAIN Juga Telah mempesiapkan dirinya untuk
menjadi seekor kupu-kupu atau menyiapkan diri menjadi IAIN.
STAIN Berharap Jadi Kupu-Kupu
Dengan makin banyaknya antusias masyarakat pekalongan dan sekitarnya STAIN
Pekalongan mengalami perkembangan yang sangat pesat, dahulu hanya ada dua
jurusan Tarbiyah dan Syariah dengan hanya beberapa Prodi saja, akan tetatpi sekarang
STAIN Sudah memiliki 3 Jurusunan dan juga beberapa prodi tambahan, hansrat
mengankat STAIN Menjadi IAIN telah disiapkan oleh dua masa kepenguruasan yang
petama adalah masa ketika kerua STAIN Bapak Drs. Sudaryo El kamali M.A dan
kemudian diteruskan oleh ketua STAIN Pekalongan yang sekarang yakni Dr. Ade
Dedi Rohayana, M.A, keinginan merubah STAIN Menjadi IAIN ini bisa dilihat dari
makin bertambahnya Prodi, seperti yang sekarang prodi Bimbingan Konseling dan
juga telah membuka Pasca Sarjana pada tahun ini. Itu sebagai bukti bahwa STAIN siap
untuk terbang menjadi IAIN, selain itu kesiapan juga ditunjukan dengan
pembangunan yang semakin pesat, banyak gedung baru berdiri kokoh ditengah
Kampus yang mungkin Mahsiswa angkatan 1997 akan nyasar dan bingung kalau
berjalan sendiri diarea kampus, dan juga pembangunan kampus 2 yang sekarang
adalah kampus Jurusan Tarbiyah, itulah bukti kesiapan STAIN. Akan tetapi kita
juga harus melihat apakah ditengah pembangunan yang sangat pesat ini sudah
didukung dengan kemampuan akademik yang diperoleh mahasiswa, tentunya itu jaga
harus disiapkan agar angan-angan menjadi IAIN bukan omong kosong belaka. Karena
bisa dilihat kualitas mahsiswa STAIN sekarang ini, sangatlah kurang dalam
kemampuan akademik, kita bisa lihat dari kegiatan praktik yang dilakukan STAIN
baik KKN, PPL, atau KKL, mahasiswa STAIN telah mengasilakan apa selama KKN
berlangsung, sudahkah mahsiswa STAIN melakukan Sesuai dengan harapan yang
diinginkan Masyarakat, kita bisa menilainnya sendiri, kemudian PPL sudahkah
kemampuan yang di terima bisa diterapkan, ditambah lagi KKL banyak cibiran
menyatakan KKL hanya rekreasi ala Mahsiswa. Itu semua juga menjadi PR bersama
yang harus dibenahi agar bukan hanya sekedar nama akan tetapi kualitaslah yang
terlihat.
Itulah sedikit editorial yang
menggambarkan metmorfosa Perguruan tinggi, butuh perjuangan keras utuk
melakukan perubahan, butuh waktu yang lama untuk melakukan perubahan, butuh
banyak tenaga untuk melakukan perubahan, IAIN adalah harapan, meningkatkan
kualiat dan kemampuan akdemis mahsiswa adalah prioriatas.