Selasa, 22 November 2011

Artikel Sumpah Pemuda

                        SUMPAH PEMUDA

Esensi Sumpah Pemuda yang pernah menjadi  penyulut semangat para pemuda indonesia, sepertinya ka masa ini telah redup bahkan padam sama sekali. Bagaimana tidak? Pada masa pra kemerdekan, hampir semua pemuda indonesia dengan ambisi dan semangat yang berkobar ,memeperjuangkan kemerdekaan dari belenggu pemerintah kolonial.Semua mereka korbankan mulai dari waktu, harta, pikiran bahkan nyawa pun mereka persembahkan demi cita-cita bangsa indonesia. Sementara jika kita tilik keadaan saat ini, para pemuda justru memeberikan kontribusi yang sangat kontradiktif dengan perjuangan pemuda zaman dahulu.
Sekarang ini pemuda tak ubahnya seperti  budak modernitas dan globalisasi. Merupakan suatu kemajuan jika mereka bisa memanfaatkan secara positif peluang-peluang yang di tawarkan oleh perkembangan zaman. Namun pada kenyataanya,  mereka malah menelan mentah-mentah segala pengaruh asing yang kebanyakan mengikis moral.
Sebenarnya bukti perjuangan pemuda tidak harus dalam sekala yang besar.Kita semua bisa memulai dari yang kecil, seperti menumbuhkan kesadaran dalam mengilhami nilai-nilai sejarah para pendahulu.Jika dikaitkan Sumpah Pemuda, kita bisa mengambil contoh tentang hapal tidaknya mereka terhadap isi sumpah pemuda.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan mengambil sempel mahasiswa dari berbagai program study di STAIN Pekalongan, terbuktin hanya 23% dari 30 orang mahasiswa yang hafal Sumpah pemuda. Sementara 77% yang lain hanya hafal sebagian dan tidak hafal sama sekali. Jadi hanya ada 7 orang mahasiswa yang benar-benar hafal Sumpah Pemuda.  Sunggh angka yang memprihatinkan!
Mahasiswa yang menyandang predikat sebagai kaum ntelektual dan agen perubahan ternyata tidak d imbangi dengan kesadaran histiris bangsanya sendiri .Mungkin mereka akan lebih hafal jika di tanya tentang lagu-lagu pop barat yang masih Booming dan kalangan muda.
Bagaimana mau melakukan perubahan dan pembangunan sosial jika para pemuda sendiri belum memiliki kesadaran untk memperjuangkanya sementara sampai saat ini mereka masih terlelap dalam buaian modelitas zaman.
Kenyataan yang memprhatinkan ini mungkin bisa sedikit di atasi dengan menumbuhkan kesadaran pada diri kita masing-masing akan sumbangsih kaum terdahulu ( pemuda)dalam memperjuangkan cita-cita nasional. Tidak pelu ngoyo ikut terjun di medan perang , kita bisa mengawal perjuangan dengan minimal mengtahui sejarah bangsa Indonesia,juga nilai-nilai perjuangan  para pahlawan. Namun tidak cukup sampai disitu, setelah mengetahui kita juga harus menghayati untuk kemudian mengaplikasikanya dalam kehidupan demi tercapainya perubahan bangsa yang lebih baik.[]

Opini ( Mahasiswa Tidur)


Mahasiswa Raksasa Tidur?
Nurul Khikmah (NOE)

Sudah lama masyarakat kehilangan rasa untuk percaya terhadap pejabat dan para wakil rakyat. Apalagi kalau bukan karena aksi-aksi klasik mereka yang selalu menguras harta rakyat. Hal ini akan diperparah jika kelak masyarakat juga tak lagi percaya dengan mahasiswa, menyusul sesepuhnya yaitu para petinggi negri yang dulunya juga pernah menjadi mahasiswa. Namun kali ini yang ingin saya kupas bukanlah moral mahasiswa, apalagi moral pejabat yang mungkin tak cukup jika hanya merangkumnya dalam buku setebal 1000 halaman dan sebanyak 10 jilid.
Permasalahan yang akan saya bahas kali ini adalah bagaimana peranan mahasiswa sekarang? Pandangan sebagai kaum yang mempunyai pengetahuan lebih, kaum yang sanggup menjadi sarana perubahan bangsa dan negara, kaum yang mampu mengkritisi para pemimpin. Beban inilah yang selalu membayangi seorang mahasiswa. Semua ini menjadi beban, karena mahasiswa masa kini tak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai kaum intelek muda, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat.
Ketika intelektualitas mahasiswa dipertanyakan, apakah mahasiswa hanya bisa terus menjawab ketidakmampuannya untuk mengukir PRESTASI dengan POTENSI’nya. Bahkan untuk  mengaplikasikan apa yang telah ia dapat saja sebagian dari mereka banyak yang tak sanggup. Malah yang nampak dalam setiap aksinya di televisi, justru ototlah yang kerap mereka peragakan. Lalu dimana otak mereka? Mau jadi apa bangsa dan negara ini jika mengharapkan generasi yang hanya bemodalkan otot namun  otak tak berisi.
Selain itu, agen perubahan (agent of change) yang merupakan slogan mereka dari zaman bahuela sampai sekarang dan sering mereka gembor-gemborkan dalam setiap orasinya, tak lagi terdengar di setiap aktivitasnya. Artinya mereka meneriakan perubahan, namun sikapnya sama sekali tidak  mencerminkan sosok yang mendambakan perubahan. Sungguh miris, jika sebutan itu hanya dijadikan wacana tanpa arti, seperti bakpao tanpa isi.
Seharusnya kita para mahasiswa masa kini bisa berkiblat pada kiprah mahasiswa-mahasiswa terdahulu. Seberapa besarnya jasa dan perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta, seberapa besarnya peran mahasiswa yang sanggup menumbangkan kediktaktoran pemerintahan Orde Baru dan berhasil mebuka jendela reformasi. Dan masih banyak mahasiswa-mahasuswa tempo dulu yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri memang, mahasiswa dengan sikap kritis dan keberaniannya, telah membuat mahasiswa sejak dulu mempunyai fungsi sebagai pilar utama dalam hal kontrol sosial. hal ini dapat dilihat dari tumbangnya para pemimpin yang di nilai tidak mampu mengemban amanah dari rakyatnya. Namun, kekritisan itu dapat di pandang sebuah kebenaran, ketika sanggup memihak pada kebenaran dan kemaslahatan bersama. Tidak dengan anarkisme dan premanisme seperti yang sering dilakukan oleh beberapa mahasiswa sekarang.
Namun tak berhenti sampai disitu, penilaian-penilaian negatif dari beberapa pihak pun terus tertuju pada mahasiswa. Di antaranya sikap materialisme dan konsumerisme yang mewabah dalam diri mereka. Tergila-gilannya dengan produk luar negeri dan semua yang menjadi trend masa kini, mereka bela-belakan untuk memenuhinya. Inilah yang disebut aliran populisme, aliran baru dimana para mahasiswa yang selalu mengikuti trend dan ingin tampil popular-lah yang menjadi pengikutnya. Nuansa hedonis nampak indah menghiasi aliran tersebut.
Semetara, kehidupan bermasyrakatpun sangat minim sekali tercermin, tak banyak mahasiswa yang sanggup mengabdikan diri dan bersosialisasi dengan masyarakat luas. Hanya masih segelintir orang yang  benar-benar layak di sebut sebagai Mahasiswa. Seharusnya kita tau, peran mahasiswa adalah sebagai agent of change, meneruskan tongkat estafet para pendahulu, sanggup menjadi kaum panutan, menjadi manusia yang kritis namun terarah, dan sanggup menjadi makhluk sosial seutuhnya.
Lalu, apakah semua ini sudah kita lakukan? Sudah adakah pada diri kita masing-masing yang mengaku sebagai seorang MAHASISWA ( siswa yang terbesar )? Jika semua itu belum ada, tidak salah memang. Jika Mahasiswa diibaratkan sebagai Raksasa Tidur. Mengaku sebagai orang yang berpendidikan lebih. Namun, tak ada perubahan yang sanggup dicapai. Apalagi mengharapankan sosoknya untuk kembali mengukir sejarah bangsa ini.
Untuk menghilangkan ungkapan itu, bangunlah wahai Mahasiswa!!! dari tidur panjangmu. Perubahan menanti usahamu. Sejarah pun menanti aksimu. Marilah sahabat-sahabat semua, renungkanlah sejenak apa yang sudah kita kerjakan hingga detik ini sebagai Mahasiswa. Sebuah wacana tak ada  artinya ketika   tidak ada tindakan nyata.

Berita Tegang


LAPORAN 

AMAN BUKAN SEKEDAR HARAPAN, TAPI DIWUJUDKAN

Semenjak aksi kriminal yang ada di STAIN terkuak, yakni dengan ditangkapnya “ MR”  Mahasiswa fakultas Ekonomi Islam semester 7 yang ketahuan mencuri helm di area kampus utama, keamanan STAIN kembali sedikit normal, pasalnya sebelum kasus tersebut terungkap, laporan pencurian helm sering terjadi.
“Sejak pelaku kasus pencurian helm tertangkap, para mahasiswa tidak ada lagi yang melapor kepada satpam tentang masalah kehilangan helm, pelaku sengaja kami jebak. Sebenarnya kami sudah mengintai sejak lama, kemudian kami sengaja menjebak pelaku dengan menaruh helm bagus di area parkir yang sepi dan sering kehilangan kemudian kami tunggu sampai pelaku tertangkap”, ucap Bambang Irianto, salah satu satpam kampus.
Sebelum kasus pencurian helm ada, memang tingkat keamanan kampus sudah mulai turun, ini dibuktikan dengan seringnya beberapa media perlengkapan pembelajaran yang berada diruang kelas sering raib entah kemana.
“Dulu memang ada kasus hilangnya LCD di ruang kelas, pelakunya orang dalam sendiri,” tambah Bambang. Ia sangat prihatin, mengapa menurunnya keamanan di kampus justru akibat ulah orang dalam kampus sendiri.
Mengenai ikut andilnya pihak luar dalam keamanan kampus seperti para pedagang yang berjualan di sekitar kampus, ungkap Bambang "Memang para pedagang yang ingin berjualan tidak boleh masuk ke area STAIN,  kecuali Pak Bajuri, dia boleh masuk ke halaman gedung Tarbiyah karena pak Bajuri itu sudah dianggap sebagai orang kantin."
Selain keamanan, ketertiban juga harus diciptakan di lingkungan masyarakat sekitar kampus. Ini bertolak belakang dengan yang terjadi belakangan ini di jalan yang biasa dilewati mahasiswa Tarbiyah menuju gedungnya. Mereka sering kali di tegur oleh warga perumahan Sidomukti karena mereka dianggap tidak tertib dan sopan dalam mengendarai sepeda motor.
Mariya Mufidah, salah satu Mahasiswi jurusan Tarbiyah berkomentar, bahwa dia menganggap masyarakat sekitar kampus, kurang peduli terhadap kampus, karena masyarakat sering tidak memperbolehkan mahasiswa lewat di jalan mereka tinggal.  “Ya mungkin karena mereka menganggap mahasiswa tidak tertib dan disiplin mba”, sering NGEBUT dan BONTONG...

( Dewi N.K_Riskiyah_Fairyl Jannah)

Lingkup Camp "Idul Adha"


Menwa, Menyembelih Kurban dengan Koramil

STAIN Pekalongan- Dalam rangka memperingati hari raya kurban, (7/11) Menwa STAIN Pekalongan menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban bersama Koramil 019 Pekalongan Utara. Meskipun kerjasama ini baru diadakan pada tahun ini, namun kegiatan terkesan unik dan rahat ketika kedua pihak melaksanakan prosesi ini dari awal pembukaan sampai akhir acara.
Menurut Komandan Koramil 019, Kapten Ifn Mulyadi, dalam sambutannya dia menyatakan bangga bisa bekerjasama dengan Menwa. “Semoga silaturrahim ini tidak terhenti sampai di sini, karena dari dulu belum pernah ada kerjasama seperti ini,” ungkapnya.
“Dari pihak koramil merasa senang dengan adanya inisiatif dari Menwa untuk menyelenggarakan kegiatan penyembelihan hewan kurban ini,” lanjutnya.
Sementara itu, tak jauh beda dengan M Nur Saekhudin salah satu anggota Menwa yang merupakan Ketua panitia menyatakan rasa bangganya dengan kesuksesan kegiatan ini.
Menurutnya acara ini bertujuan untuk silaturrahim antara Menwa STAIN Pekalongan, Koramil serta masyarakat sekitar. “Acara ini sebagai bentuk bakti sosial dari Menwa yang tidak lain tujuanya untuk mempererat hubungan STAIN dengan masyarakat sekitar kampus, karena nantinya daging-daging kurban ini akan kami bagikan ke masyarakat” kata Saekhu (ketua panitia).
Kemudian dia mengatakan bahwa alokasi dana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sekitar Rp1.200.000,- seingga cukup untuk membeli satu ekor kambing korban dan bisyaroh untuk penyembelih. “Kami dapatkan dari sumbangan-sumbangan para alumni dari kami, dan alhamdulillah ternyata cukup,” tambahnya.
Acara ini di mulai sejak pukul 08.00 WIB, diawali dengan pembukaan dari pihak Koramil 019 kemudia disusul dengan sambutan dari pihak Menwa yang mana dalam hal ini ketua panitia yang melakukannya. Dan setelah acara pembukaan selesai langsung dilanjut dengan kegiatan inti yaitu penyembelihan hewan kurban, dalam hal ini Ust.M Ilyas Mu’in lah yang menjadi algojonya.
Kegiatan semakin rahat dengan adanya prosesi memotong-motong daging kurban, semua personil Menwa ikut andil dalam prosesi ini tidak terkecuali personil wanita. Dengan di bantu ibu-ibu dari koramil, pembuatan makanan dengan menu daging sate jadi terasa ringan. Acara pun berakhir dengan makan siang bersama. []

My Camp

Bangun Fasilitas Besar-besaran

Menjadi satu kebanggaan tersendiri jika kampus kita tercinta, STAIN PEKALONGAN dapat bersaing dengan universitas-universitas lain. Paling tidak dapat bersaing dengan universitas yang ada di karisidenan Pekalongan. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa baru selain dalam segi mutu jurusan yang ditawarkan yaitu segi bangunan dan infrastrukturnya. Pembangunan inilah yang selalu diupayakan oleh petinggi-petinggi STAIN untuk memajukan kualitas kampus.
Sekarang ini, terlihat jelas yang sedang terjadi di kampus kita, yakni pembangunan. Bisa dikatakan sebagai pembangunan yang besar-besaran. Baik yang ada di kampus I maupun di kampus II.
Beberapa bentuk pembangunan yang sedang dalam proses realisasi di antaranya pembuatan gapuro di depan pintu masuk kampus satu, peninggian pagar serta peninggian lantai-lantai di ruang kelas. Halaman pun tidak luput dari sentuhan-sentuhan para pekerja. Dengan maksud mengantisipasi terjadinya banjir,  upaya peninggian halaman dengan kurang lebih 30 cm ini masih dalam proses dan ditarget selesai tahun ini.
Sedangkan pembangunan yang berlokasi di kampus II STAIN, nampaknya belum cukup dengan berdirinya gedung F dan gedung G saja, sekarang STAIN Pekalongan sedang dalam proses lagi membangunan gase house yang diperuntukkan untuk dosen yang berasal dari luar kota sebagai tampat persinggahan. Selain itu STAIN juga membangun gedung pasca sarjana lengkap dengan fasilitasnya dengan menargetkan semuanya selesai pada tahun 2012. Tidak lupa parkiran mobil pun sedang dipersiapkan guna kenyamanan bagi dosen.
Sempat ada keluhan dari beberapa pihak, baik mahasiswa maupun dosen  perihal akses jalan menuju kampus II. Pasalnya jalan tersebut merupakan lokasi yang rawan terhadap banjir.
Menanggapi hal tersebut, Pembantu Ketua (PK)II  STAIN Pekalongan, Zainal Muztakim, M.Ag. mengatakan permasalahan ini akan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) kota Pekalongan agar bisa bekerjasama dalam memperbaiki jalan tersebut. “Karena bagaimanapun juga jalan adalah infrastruktur umum yang berada dibawah tanggung jawab PEMDA,” jelas Zainal Mustakim.
Kenapa Harus Tarbiyah?
Selain itu, dengan adanya kampus II maka terjadilah pemindahan domisili  kegiatan perkuliahan mahasiswa Tarbiyah dari kampus I ke kampus II. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi mahasiswa Tarbiyah baik PAI maupun PBA. Kenapa harus Tarbiyah?
Menurutnya, dengan adanya pemindahan tersebut bukan berarti mahasiswa Tarbiyah dianak tirikan. Hal ini tidak lain merupakan kebijakan dari pihak STAIN. “Pasalnya apabila yang dipindah mahasiswa Syari’ah dan ushuluddin maka akan membutuhkan pembangunan ruang lagi untuk dosen. Jika seperti itu maka bisa mengakibatkan banyak ruang kelas yang tidak difungsikan,” jelas Zainal M. “Jadi, dipindahkannya mahsiswa tarbiyah ke kampus II merupakan keputusan yang paling tepat,” lanjutnya.
Dengan adanya pembangunan dari segi infrastruktur di STAIN Pekalongan ini yang bisa dikatakan besar-besaran, merupakan wujud nyata begitu besar usaha rektorat STAIN PEKALONGAN demi memajukan kampusnya. Dengan begitu, selain bisa merasakan kenyamanan diharapkan seluruh mahasiswa juga bisa ikut berpartisipasi dalam menjaga fasilitas yang ada di kampus. Selain itu, dengan meningkatnya fasilitas-fasilitas tersebut, semoga berbanding lurus dengan semangat mahasiswa dalam belajar sehingga potensi diri dan juga skill mahasiswa bisa meningkat signifikan. Dan bisa meluluskan wisudawan-wisudawan yang berkualitas serta bisa diandalkan di tengah masyarakat.

My Camp


Bangun Fasilitas Besar-besaran

Menjadi satu kebanggaan tersendiri jika kampus kita tercinta, STAIN PEKALONGAN dapat bersaing dengan universitas-universitas lain. Paling tidak dapat bersaing dengan universitas yang ada di karisidenan Pekalongan. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa baru selain dalam segi mutu jurusan yang ditawarkan yaitu segi bangunan dan infrastrukturnya. Pembangunan inilah yang selalu diupayakan oleh petinggi-petinggi STAIN untuk memajukan kualitas kampus.
Sekarang ini, terlihat jelas yang sedang terjadi di kampus kita, yakni pembangunan. Bisa dikatakan sebagai pembangunan yang besar-besaran. Baik yang ada di kampus I maupun di kampus II.
Beberapa bentuk pembangunan yang sedang dalam proses realisasi di antaranya pembuatan gapuro di depan pintu masuk kampus satu, peninggian pagar serta peninggian lantai-lantai di ruang kelas. Halaman pun tidak luput dari sentuhan-sentuhan para pekerja. Dengan maksud mengantisipasi terjadinya banjir,  upaya peninggian halaman dengan kurang lebih 30 cm ini masih dalam proses dan ditarget selesai tahun ini.
Sedangkan pembangunan yang berlokasi di kampus II STAIN, nampaknya belum cukup dengan berdirinya gedung F dan gedung G saja, sekarang STAIN Pekalongan sedang dalam proses lagi membangunan gase house yang diperuntukkan untuk dosen yang berasal dari luar kota sebagai tampat persinggahan. Selain itu STAIN juga membangun gedung pasca sarjana lengkap dengan fasilitasnya dengan menargetkan semuanya selesai pada tahun 2012. Tidak lupa parkiran mobil pun sedang dipersiapkan guna kenyamanan bagi dosen.
Sempat ada keluhan dari beberapa pihak, baik mahasiswa maupun dosen  perihal akses jalan menuju kampus II. Pasalnya jalan tersebut merupakan lokasi yang rawan terhadap banjir.
Menanggapi hal tersebut, Pembantu Ketua (PK)II  STAIN Pekalongan, Zainal Muztakim, M.Ag. mengatakan permasalahan ini akan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) kota Pekalongan agar bisa bekerjasama dalam memperbaiki jalan tersebut. “Karena bagaimanapun juga jalan adalah infrastruktur umum yang berada dibawah tanggung jawab PEMDA,” jelas Zainal Mustakim.
Kenapa Harus Tarbiyah?
Selain itu, dengan adanya kampus II maka terjadilah pemindahan domisili  kegiatan perkuliahan mahasiswa Tarbiyah dari kampus I ke kampus II. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi mahasiswa Tarbiyah baik PAI maupun PBA. Kenapa harus Tarbiyah?
Menurutnya, dengan adanya pemindahan tersebut bukan berarti mahasiswa Tarbiyah dianak tirikan. Hal ini tidak lain merupakan kebijakan dari pihak STAIN. “Pasalnya apabila yang dipindah mahasiswa Syari’ah dan ushuluddin maka akan membutuhkan pembangunan ruang lagi untuk dosen. Jika seperti itu maka bisa mengakibatkan banyak ruang kelas yang tidak difungsikan,” jelas Zainal M. “Jadi, dipindahkannya mahsiswa tarbiyah ke kampus II merupakan keputusan yang paling tepat,” lanjutnya.
Dengan adanya pembangunan dari segi infrastruktur di STAIN Pekalongan ini yang bisa dikatakan besar-besaran, merupakan wujud nyata begitu besar usaha rektorat STAIN PEKALONGAN demi memajukan kampusnya. Dengan begitu, selain bisa merasakan kenyamanan diharapkan seluruh mahasiswa juga bisa ikut berpartisipasi dalam menjaga fasilitas yang ada di kampus. Selain itu, dengan meningkatnya fasilitas-fasilitas tersebut, semoga berbanding lurus dengan semangat mahasiswa dalam belajar sehingga potensi diri dan juga skill mahasiswa bisa meningkat signifikan. Dan bisa meluluskan wisudawan-wisudawan yang berkualitas serta bisa diandalkan di tengah masyarakat.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review